• SELAMAT DATANG

    Asalammu'alaikum wbt. Blog ini membicarakan pelbagai topik agama yang merangkumi Artikel Umum, Akhir Zaman, Al-Quran, Hidayah Allah, Kebangkitan Islam, Satanisme, As-Siyasah, Doa & Bacaan, Fiqh Ibadah, Darah Wanita, Haji & Umrah, Korban & Akikah, Puasa, Solat, Toharoh, Zakat, Fiqh Muamalat, Hadis Pilihan, Ilmuwan Islam, Isu Semasa, Budaya Kufur, Islam Liberal, Pluralisme, Sekularisme, Syiah, Wahabiyyah, Kebesaran Allah, Kisah Teladan, Qishosul Anbiya', Sejarah Islam, Sirah Nabawi, Tafsir Al-Qur'an, Tasawwuf & Akhlak, Tauhid / 'Aqidah, Tazkirah, Akhirat, Bulan Islam, Kematian, Kisah Al-Quran, Tokoh Muslim, Ulama' Nusantara, Video Agama dan sebagainya. Semoga pembaca mendapat faedah ilmu dari pembacaan artikel dalam blog ini.. dalam mencari rahmat, keampunan dan keredhaan Illahi. InsyaAllah Ta'ala.

  • Pusat Latihan WoodValley Village, Sg. Congkak, Hulu Langat, kini dibuka untuk Penginapan Percutian, Program Hari Keluarga, Team Building dan Penempatan Kursus. Untuk tempahan dan info lanjut, sila hubungi:

    1) Arshad: 016-700 2170 2) Fahmi: 017-984 9469 3) Azleena: 012-627 2457

    [[ Download Brochure ]]

    [[Lawat Laman Web]

    -------------------------------------------
  • Klik untuk subscribe ke blog ini dan anda akan menerima email pemberitahuan tentang artikel terbaru. Taipkan email anda di kotak bawah:

    Join 68 other subscribers
  • KLIK PAUTAN

LAPISAN-LAPISAN ATMOSFERA


Oleh: Harun Yahya

Satu fakta tentang alam semesta sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur’an adalah bahwa langit terdiri atas tujuh lapis.

“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Al Qur’an, 2:29)

Kemudian Dia menuju langit, dan langit itu masih merupakan asap. Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya.” (Al Qur’an, 41:11-12)

Kata “langit”, yang kerap kali muncul di banyak ayat dalam Al Qur’an, digunakan untuk mengacu pada “langit” bumi dan juga keseluruhan alam semesta. Dengan makna kata seperti ini, terlihat bahwa langit bumi atau atmosfera terdiri dari tujuh lapisan.

Saat ini benar-benar diketahui bahwa atmosfir bumi terdiri atas lapisan-lapisan yang berbeda yang saling bertumpukan. Lebih dari itu, persis sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur’an, atmosfera terdiri atas tujuh lapisan. Dalam sumber ilmiah, hal tersebut diuraikan sebagai berikut:

Para ilmuwan menemukan bahwa atmosfer terdiri diri beberapa lapisan. Lapisan-lapisan tersebut berbeda dalam ciri-ciri fisik, seperti tekanan dan jenis gasnya. Lapisan atmosfer yang terdekat dengan bumi disebut TROPOSFERA. Ia membentuk sekitar 90% dari keseluruhan massa atmosfer. Lapisan di atas troposfer disebut STRATOSFER.A LAPISAN OZON adalah bagian dari stratosfer di mana terjadi penyerapan sinar ultraviolet. Lapisan di atas stratosfer disebut MESOSFERA. . TERMOSFERA berada di atas mesosfer. Gas-gas terionisasi membentuk suatu lapisan dalam termosfer yang disebut IONOSFERA. Bagian terluar atmosfer bumi membentang dari sekitar 480 km hingga 960 km. Bahagian ini dinamakan EKSOSFERA. (Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; General Science, Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 319-322)

Jika kita hitung jumlah lapisan yang dinyatakan dalam sumber ilmiah tersebut, kita ketahui bahwa atmosfera tepat terdiri atas tujuh lapis, seperti dinyatakan dalam ayat tersebut.

  1. Troposfera
  2. Stratosfera
  3. Ozonosfera
  4. Mesosfera
  5. Termosfera
  6. Ionosfera
  7. Eksosfera

Keajaiban penting lain dalam hal ini disebutkan dalam surat Fushshilat ayat ke-12,

… Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya.

Dengan kata lain, Allah dalam ayat ini menyatakan bahwa Dia memberikan kepada setiap langit tugas atau fungsinya masing-masing. Sebagaimana dapat dipahami, tiap-tiap lapisan atmosfir ini memiliki fungsi penting yang bermanfaat bagi kehidupan umat manusia dan seluruh makhluk hidup lain di Bumi. Setiap lapisan memiliki fungsi khusus, dari pembentukan hujan hingga perlindungan terhadap radiasi sinar-sinar berbahaya; dari pemantulan gelombang radio hingga perlindungan terhadap impak meteor yang berbahaya.

Atmosfera bumi memiliki 7 lapisan. Lapisan terendah dinamakan troposfir. Hujan, salju, dan angin hanya terjadi pada troposfera.

Adalah sebuah keajaiban besar bahwa fakta-fakta ini, yang tak mungkin ditemukan tanpa teknologi canggih abad ke-20, secara jelas dinyatakan oleh Al Qur’an 1.400 tahun yang lalu.

WAHYU TERAKHIR KEPADA RASULULLAH SAW


Diriwayatkan bahawa surah Al-Maaidah ayat 3 diturunkan pada sesudah waktu asar yaitu pada hari Jumaat di padang Arafah pada musim haji penghabisan [Wada’].

Pada masa itu Rasulullah SAW berada di Arafah di atas unta. Ketika ayat ini turun Rasulullah SAW tidak begitu jelas penerimaannya untuk mengingati isi dan makna yang terkandung dalam ayat tersebut. Kemudian Rasulullah SAW bersandar pada unta beliau, dan unta beliau pun duduk perlahan-lahan. Setelah itu turun malaikat Jibril AS dan berkata:
“Wahai Muhammad, sesungguhnya pada hari ini telah disempurnakan urusan agamamu, maka terputuslah apa yang diperintahkan oleh Allah SWT dan demikian juga apa yang terlarang olehnya. Oleh itu kamu kumpulkan para sahabatmu dan beritahu kepada mereka bahawa hari ini adalah hari terakhir aku bertemu dengan kamu.”

Setelah Malaikat Jibril AS pergi maka Rasulullah SAW pun berangkat ke Mekah dan terus pergi ke Madinah.Setelah Rasulullah SAW mengumpulkan para sahabat beliau, maka Rasulullah SAW pun menceritakan apa yang telah diberitahu oleh malaikat Jibril AS. Apabila para sahabat mendengar hal yang demikian maka mereka pun gembira sambil berkata:
“Agama kita telah sempurna. Agama kita telah sempurna.”

Apabila Abu Bakar ra. mendengar keterangan Rasulullah SAW itu, maka ia tidak dapat menahan kesedihannya maka ia pun kembali ke rumah lalu mengunci pintu dan menangis sekuat-kuatnya. Abu Bakar ra. menangis dari pagi hingga ke malam.

Kisah tentang Abu Bakar ra. menangis telah sampai kepada para sahabat yang lain, maka berkumpullah para sahabat di depan rumah Abu Bakar ra. dan mereka berkata: “Wahai Abu Bakar, apakah yang telah membuat kamu menangis sehingga begini sekali keadaanmu? Seharusnya kamu merasa gembira sebab agama kita telah sempuma.” Mendengarkan pertanyaan dari para sahabat maka Abu Bakar ra. pun berkata, “Wahai para sahabatku, kamu semua tidak tahu tentang musibah yang menimpa kamu, tidakkah kamu tahu bahawa apabila sesualu perkara itu telah sempuma maka akan kelihatanlah akan kekurangannya. Dengan turunnya ayat tersebut bahawa ia menunjukkan perpisahan kita dengan Rasulullah SAW. Hasan dan Husin menjadi yatim dan para isteri nabi menjadi janda.”

Selelah mereka mendengar penjelasan dari Abu Bakar ra. maka sadarlah mereka akan kebenaran kata-kata Abu Bakar ra., lalu mereka menangis dengan sekuat-kuatnya. Tangisan mereka telah didengar oleh para sahabat yang lain, maka mereka pun terus memberitahu Rasulullah SAW tentang apa yang mereka lihat itu. Berkata salah seorang dari para sahabat, “Ya Rasulullah SAW, kami baru kembali dari rumah Abu Bakar ra. dan kami dapati banyak orang menangis dengan suara yang kuat di depan rumah beliau.” Apabila Rasulullah SAW mendengar keterangan dari para sahabat, maka berubahlah muka Rasulullah SAW dan dengan bergegas beliau menuju ke rumah Abu Bakar ra..

Setelah Rasulullah SAW sampai di rumah Abu Bakar ra. maka Rasulullah SAW melihat kesemua mereka yang menangis dan bertanya, “Wahai para sahabatku, kenapakah kamu semua menangis?.” Kemudian Ali ra. berkata, “Ya Rasulullah SAW, Abu Bakar ra. mengatakan dengan turunnya ayat ini membawa tanda bahawa waktu wafatmu telah dekat. Adakah ini benar ya Rasulullah?.” Lalu Rasulullah SAW berkata: “Semua yang dikatakan oleh Abu Bakar ra. adalah benar, dan sesungguhnya waktu untuk aku meninggalkan kamu semua telah dekat”.

Setelah Abu Bakar ra. mendengar pengakuan Rasulullah SAW, maka ia pun menangis sekuat tenaganya sehingga ia jatuh pengsan. Sementara ‘Ukasyah ra. berkata kepada Rasulullah SAW, ‘Ya Rasulullah, waktu itu saya anda pukul pada tulang rusuk saya. Oleh itu saya hendak tahu apakah anda sengaja memukul saya atau hendak memukul unta baginda.” Rasulullah SAW berkata: “Wahai ‘Ukasyah, Rasulullah SAW sengaja memukul kamu.” Kemudian Rasulullah SAW berkata kepada Bilal ra., “Wahai Bilal, kamu pergi ke rumah Fathimah dan ambilkan tongkatku ke mari.” Bilal keluar dari masjid menuju ke rumah

Fathimah sambil meletakkan tangannya di atas kepala dengan berkata, “Rasulullah telah menyediakan dirinya untuk dibalas [diqishash].”

Setelah Bilal sampai di rumah Fathimah maka Bilal pun memberi salam dan mengetuk pintu. Kemudian Fathimah ra. menyahut dengan berkata: “Siapakah di pintu?.” Lalu Bilal ra. berkata: “Saya Bilal, saya telah diperintahkan oleh Rasulullah SAW unluk mengambil tongkat beliau.”Kemudian Fathimah ra. berkata: “Wahai Bilal, untuk apa ayahku minta tongkatnya.” Berkata Bilal ra.: “Wahai Fathimah, Rasulullah SAW telah menyediakan dirinya untuk diqishash.” Bertanya Fathimah ra. lagi: “Wahai Bilal, siapakah manusia yang sampai hatinya untuk menqishash Rasulullah SAW?” Bilal ra. tidak menjawab perlanyaan Fathimah ra., Setelah Fathimah ra. memberikan tongkat tersebut, maka Bilal pun membawa tongkat itu kepada Rasulullah SAW Setelah Rasulullah SAW menerima tongkat tersebut dari Bilal ra. maka beliau pun menyerahkan kepada ‘Ukasyah.

Melihatkan hal yang demikian maka Abu Bakar ra. dan Umar ra. tampil ke depan sambil berkata: “Wahai ‘Ukasyah, janganlah kamu qishash baginda SAW tetapi kamu qishashlah kami berdua.” Apabila Rasulullah SAW mendengar kata-kata Abu Bakar ra. dan Umar ra. maka dengan segera beliau berkata: “Wahai Abu Bakar, Umar dudukiah kamu berdua, sesungguhnya Allah SWT telah menetapkan tempatnya untuk kamu berdua.” Kemudian Ali ra. bangun, lalu berkata, “Wahai ‘Ukasyah! Aku adalah orang yang senantiasa berada di samping Rasulullah SAW oleh itu kamu pukullah aku dan janganlah kamu menqishash Rasulullah SAW” Lalu Rasultillah SAW berkata, “Wahai Ali duduklah kamu, sesungguhnya Allah SWT telah menetapkan tempatmu dan mengetahui isi hatimu.”

Setelah itu Hasan dan Husin bangun dengan berkata: “Wahai ‘Ukasyah, bukankah kamu tidak tahu bahawa kami ini adalah cucu Rasulullah SAW, kalau kamu menqishash kami sama dengan kamu menqishash Rasulullah SAW” Mendengar kata-kata cucunya Rasulullah SAW pun berkata, “Wahai buah hatiku duduklah kamu berdua.” Berkata Rasulullah SAW “Wahai ‘Ukasyah pukullah saya kalau kamu hendak memukul.”

Kemudian ‘Ukasyah berkata: “Ya Rasulullah SAW, anda telah memukul saya sewaktu saya tidak memakai baju.” Maka Rasulullah SAW pun membuka baju. Setelah Rasulullah SAW membuka baju maka menangislah semua yang hadir. Setelah ‘Ukasyah melihat tubuh Rasulullah SAW maka ia pun mencium beliau dan berkata, “Saya tebus anda dengan jiwa saya ya Rasulullah SAW, siapakah yang sanggup memukul anda. Saya melakukan begini adalah sebab saya ingin menyentuh badan anda yang dimuliakan oleh Allah SWT dengan badan saya. Dan Allah SWT menjaga saya dari neraka dengan kehormatanmu.”

Kemudian Rasulullah SAW berkata, “Dengarlah kamu sekalian, sekiranya kamu hendak melihat ahli syurga, inilah orangnya.” Kemudian semua para jemaah bersalam-salaman atas kegembiraan mereka terhadap peristiwa yang sangat genting itu. Setelah itu para jemaah pun berkata, “Wahai ‘Ukasyah, inilah keuntungan yang paling besar bagimu, engkau telah memperolehi darjat yang tinggi dan bertemankan Rasulullah SAW di dalam syurga.”

Apabila ajal Rasulullah SAW makin dekat maka beliau pun memanggil para sahabat ke rumah Aisyah ra. dan beliau berkata:

Selamat datang kamu semua semoga Allah SWT mengasihi kamu semua, saya berwasiat kepada kamu semua agar kamu semua bertaqwa kepada Allah SWT dan mentaati segala perintahnya. Sesungguhnya hari perpisahan antara saya dengan kamu semua hampir dekat, dan dekat pula saat kembalinya seorang hamba kepada Allah SWT dan menempatkannya di syurga. Kalau telah sampai ajalku maka hendaklah Ali yang memandikanku, Fadhl bin Abbas hendaklah menuangkan air dan Usamah bin Zaid hendaklah menolong keduanya. Setelah itu kamu kafanilah aku dengan pakaianku sendiri apabila kamu semua menghendaki, atau kafanilah aku dengan kain yaman yang putih. Apabila kamu memandikan aku, maka hendaklah kamu letakkan aku di atas balai tempat tidurku dalam rumahku ini. Setelah itu kamu semua keluarlah sebentar meninggalkan aku. Pertama yang akan mensolatkan aku ialah Allah SWT, kemudian yang akan mensolat aku ialah Jibril AS, kemudian diikuti oleh malaikat Israfil, malaikat Mikail, dan yang akhir sekali malaikat lzrail berserta dengan semua para pembantunya. Setelah itu baru kamu semua masuk bergantian secara berkelompok bersolat ke atasku.”

Setelah para sahabat mendengar ucapan yang sungguh menyayat hati itu maka mereka pun menangis dengan nada yang keras dan berkata, “Ya Rasulullah SAW anda adalah seorang Rasul yang diutus kepada kami dan untuk semua, yang mana selama ini anda memberi kekuatan dalam penemuan kami dan sebagai penguasa yang menguruskan perkara kami. Apabila anda sudah tiada nanti kepada siapakah akan kami tanya setiap persoalan yang timbul nanti?.” Kemudian Rasulullah SAW berkata, “Dengarlah para sahabatku, aku tinggalkan kepada kamu semua jalan yang benar dan jalan yang terang, dan telah aku tinggalkan kepada kamu semua dua penasihat yang satu daripadanya pandai bicara dan yang satu lagi diam saja. Yang pandai bicara itu ialah Al-Quran dan yang diam itu ialah maut. Apabila ada sesuatu persoalan yang rumit di antara kamu, maka hendaklah kamu semua kembali kepada Al-Quran dan Hadis-ku dan sekiranya hati kamu itu berkeras maka lembutkan dia dengan mengambil pelajaran dari mati.”

Setelah Rasulullah SAW berkata demikian, maka sakit Rasulullah SAW bermula. Dalam bulan safar Rasulullah SAW sakit selama 18 hari dan sering diziaiahi oleh para sahabat. Dalam sebuah kitab diterangkan bahawa Rasulullah SAW diutus pada hari Senin dan wafat pada hari Senin. Pada hari Senin penyakit Rasulullah SAW bertambah berat, setelah Bilal ra. menyelesaikan azan subuh, maka Bilal ra. pun pergi ke rumah Rasulullah SAW. Sesampainya Bilal ra. di rumah Rasulullah SAW maka Bilal ra. pun memberi salam, “Assalaarnualaika ya rasulullah.” Lalu dijawab oleh Fathimah ra., “Rasulullah SAW masih sibuk dengan urusan beliau.” Setelah Bilal ra. mendengar penjelasan dari Fathimah ra. maka Bilal ra. pun kembali ke masjid tanpa memahami kata-kata Fathimah ra. itu.

Apabila waktu subuh hampir hendak lupus, lalu Bilal pergi sekali lagi ke rumah Rasulullah SAW dan memberi salam seperti permulaan tadi, kali ini salam Bilal ra. telah di dengar oleh Rasulullah SAW dan baginda berkata, “Masuklah wahai Bilal, sesungguhnya penyakitku ini semakin berat, oleh itu kamu suruhlah Abu Bakar mengimamkan solat subuh berjemaah dengan mereka yang hadir.” Setelah mendengar kata-kata Rasulullah SAW maka Bilal ra. pun berjalan menuju ke masjid sambil meletakkan tangan di atas kepala dengan berkata: “Aduh musibah.”

Setelah Bilal ra. sarnpai di masjid maka Bilal ra. pun memberitahu Abu Bakar tentang apa yang telah Rasulullah SAW katakan kepadanya. Abu Bakar ra. tidak dapat menahan dirinya apabila ia melihat mimbar kosong maka dengan suara yang keras Abu Bakar ra. menangis sehingga ia jatuh pingsan. Melihatkan peristiwa ini maka riuh rendah tangisan sahabat dalam masjid, sehingga Rasulullah SAW bertanya kepada Fathimah ra.; “Wahai Fathimah apakah yang telah berlaku?.” Maka Fathimah ra. pun berkata: “Kekecohan kaum muslimin, sebab anda tidak pergi ke masjid.” Kemudian Rasulullah SAW memanggil Ali ra. dan Fadhl bin Abas ra., lalu Rasulullah SAW bersandar kepada kedua mereka dan terus pergi ke masjid. Setelah Rasulullah SAW sampai di masjid maka beliau pun bersolat subuh bersama dengan para jemaah.

Setelah selesai solat subuh maka Rasulullah SAW pun berkata, “Wahai kaum muslimin, kamu semua senantiasa dalam pertolongan dan pemeliharaan Allah, oleh itu hendaklah kamu semua bertaqwa kepada Allah SWT dan mengerjakan segala perintahnya. Sesungguhnya aku akan meninggalkan dunia ini dan kamu semua, dan hari ini adalah hari pertama aku di akhirat dan hari terakhir aku di dunia.” Setelah berkata demikian maka Rasulullah SAW pun pulang ke rumah beliau. Kemudian Allah SWT mewahyukan kepada malaikat lzrail AS, “Wahai lzrail, pergilah kamu kepada kekasihku dengan sebaik-baik rupa, dan apabila kamu hendak mencabut ruhnya maka hendaklah kamu melakukan dengan cara yang paling lembut sekali. Apabila kamu pergi ke rumahnya maka minta izinlah lerlebih dahulu, kalau ia izinkan kamu masuk, maka masukiah kamu ke rumahnya dan kalau ia tidak mengizinkan kamu masuk maka hendaklah kamu kembali padaku.”

Setelah malaikat lzrail mendapat perintah dari Allah SWT maka malaikal lzrail pun turun dengan menyerupai orang Arab Badwi. Setelah malaikat lzrail sampai di depan rumah Rasulullah SAW maka ia pun memberi salam, “Assalaamu alaikum yaa ahla baitin nubuwwati wa ma danir risaalati a adkhulu?” (Mudah-mudahan keselamatan tetap untuk kamu semua sekalian, wahai penghuni rumah nabi dan sumber risaalah, bolehkan saya masuk?) Apabila Fathimah mendengar orang memberi salam maka ia-pun berkata; “Wahai hamba Allah, Rasulullah SAW sedang sibuk sebab sakitnya yang semakin berat.” Kemudian malaikat lzrail berkata lagi seperti dipermulaannya, dan kali ini seruan malaikat itu telah didengar oleh Rasulullah SAW dan Rasulullah SAW bertanya kepada Fathimah ra., “Wahai Fathimah, siapakah di depan pintu itu.” Maka Fathimah ra. pun berkata, “Ya Rasulullah, ada seorang Arab badwi memanggil mu, dan aku telah katakan kepadanya bahawa anda sedang sibuk sebab sakit, sebaliknya dia memandang saya dengan tajam sehingga terasa menggigil badan saya.”

Kemudian Rasulullah SAW berkata; “Wahai Fathimah, tahukah kamu siapakah orang itu?.” Jawab Fathimah,”Tidak ayah.” “Dia adalah malaikat lzrail, malaikat yang akan memutuskan segala macam nafsu syahwat yang memisahkan perkumpulan-perkumpulan dan yang memusnahkan semua rumah serta meramaikan kubur.” Fathimah ra. tidak dapat menahan air matanya lagi setelah mengetahui bahawa saat perpisahan dengan ayahandanya akan berakhir, dia menangis sepuas-puasnya. Apabila Rasulullah SAW mendengar tangisan Falimah ra. maka beliau pun berkata: “Janganlah kamu menangis wahai Fathimah, engkaulah orang yang pertama dalam keluargaku akan bertemu dengan aku.” Kemudian Rasulullah SAW pun mengizinkan malaikat lzrail masuk. Maka malaikat lzrail pun masuk dengan mengucap, “Assalamuaalaikum ya Rasulullah.” Lalu Rasulullah SAW menjawab: “Wa alaikas saalamu, wahai lzrail engkau datang menziarahi aku atau untuk mencabut ruhku?” Maka berkata malaikat lzrail: “Kedatangan saya adalah untuk menziarahimu dan untuk mencabut ruhmu, itupun kalau engkau izinkan, kalau engkau tidak izinkan maka aku akan kembali.” Berkata Rasulullah SAW, “Wahai lzrail, di manakah kamu tinggalkan Jibril?” Berkata lzrail: “Saya tinggalkan Jibril di langit dunia, para malaikat sedang memuliakan dia.” Tidak beberapa lama kemudian Jibril AS pun turun dan duduk di dekat kepala Rasulullah SAW.

Apabila Rasulullah SAW melihat kedatangan Jibril AS maka Rasulullah SAW pun berkata: “Wahai Jibril, tahukah kamu bahawa ajalku sudah dekat” Berkata Jibril AS, “Ya aku tahu.” Rasulullah SAW bertanya lagi, “Wahai Jibril, beritahu kepadaku kemuliaan yang menggembirakan aku disisi Allah SWT” Berkata Jibril AS, “Sesungguhnya semua pintu langit telah dibuka, para malaikat bersusun rapi menanti ruhmu dilangit. Kesemua pintu-pintu syurga telah dibuka, dan kesemua bidadari sudah berhias menanti kehadiran ruhmu.” Berkata Rasulullah SAW: “Alhamdulillah, sekarang kamu katakan pula tentang umatku di hari kiamat nanti.” Berkata Jibril AS, “Allah SWT telah berfirman yang bermaksud,

“Sesungguhnya aku telah melarang semua para nabi masuk ke dalam syurga sebelum engkau masuk terlebih dahulu, dan aku juga melarang semua umat memasuki syurga sebelum umatmu memasuki syurga.”

Berkata Rasulullah SAW: “Sekarang aku telah puas hati dan telah hilang rasa susahku.” Kemudian Rasulullah SAW berkata: “Wahai lzrail, mendekatlah kamu kepadaku.” Selelah itu Malaikat lzrail pun memulai tugasnya, apabila ruh beliau sampai pada pusat, maka Rasulullah SAW pun berkata: “Wahai Jibril, alangkah dahsyatnya rasa mati.” Jibril AS mengalihkan pandangan dari Rasulullah SAW apabila mendengar kata-kata beliau itu.

Melihatkan telatah Jibril AS itu maka Rasulullah SAW pun berkata: “Wahai Jibril, apakah kamu tidak suka melihat wajahku?” Jibril AS berkata: “Wahai kekasih Allah, siapakah orang yang sanggup melihat wajahmu dikala kamu dalam sakaratul maut?” Anas bin Malik ra. berkata: “Apabila ruh Rasulullah SAW telah sampai di dada beliau telah bersabda,
“Aku wasiatkan kepada kamu agar kamu semua menjaga solat dan apa-apa yang telah diperintahkan ke atasmu.”

Ali ra. berkata: “Sesungguhnya Rasulullah SAW ketika menjelang saat-saat terakhir, telah mengerakkan kedua bibir beliau sebanyak dua kali, dan saya meletakkan telinga, saya dengan Rasulullah SAW berkata: “Umatku, umatku.” Telah bersabda Rasulullah SAW bahawa: “Malaikat Jibril AS telah berkata kepadaku; “Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah SWT telah menciptakan sebuah laut di belakang gunung Qaf, dan di laut itu terdapat ikan yang selalu membaca selawat untukmu, kalau sesiapa yang mengambil seekor ikan dari laut tersebut maka akan lumpuhlah kedua belah tangannya dan ikan tersebut akan menjadi batu.”

ENAM PERKARA YANG ALLAH SWT SEMBUNYIKAN


Allah SWT selesai menciptakan Jibrail a.s dengan bentuk yang cantik, dan Allah menciptakan pula baginya 600 sayap yang panjang , sayap itu antara timur dan barat (ada pendapat lain menyatakan 124, 000 sayap). Setelah itu Jibrail a.s memandang dirinya sendiri dan berkata:

“Wahai Tuhanku, adakah engkau menciptakan makhluk yang lebih baik daripada aku?.”

Lalu Allah swt berfirman yang bermaksud.. “Tidak”

Kemudian Jibrail a.s berdiri serta solat dua rakaat kerana syukur kepada Allah swt. dan tiap-tiap rakaat itu lamanya 20,000 tahun.

Setelah selesai Jibrail a.s solat, maka Allah SWT berfirman yang bermaksud.

“Wahai Jibrail, kamu telah menyembah aku dengan ibadah yang bersungguh-sungguh, dan tidak ada seorang pun yang menyembah kepadaku seperti ibadat kamu, akan tetapi di akhir zaman nanti akan datang seorang nabi yang mulia yang paling aku cintai, namanya Muhammad.’ Dia mempunyai umat yang lemah dan sentiasa berdosa, sekiranya mereka itu mengerjakan solat dua rakaat yang hanya sebentar sahaja, dan mereka dalam keadaan lupa serta serba kurang, fikiran mereka melayang bermacam-macam dan dosa mereka pun besar juga. Maka demi kemuliaannKu dan ketinggianKu, sesungguhnya solat mereka itu aku lebih sukai dari solatmu itu. Kerana mereka mengerjakan solat atas perintahKu, sedangkan kamu mengerjakan solat bukan atas perintahKu.”

Kemudian Jibrail a.s berkata: “Ya Tuhanku, apakah yang Engkau hadiahkan kepada mereka sebagai imbalan ibadat mereka?”

Lalu Allah berfirman yang bermaksud. “Ya Jibrail, akan Aku berikan syurga Ma’waa sebagai tempat tinggal…”

Kemudian Jibrail a.s meminta izin kepada Allah untuk melihat syurga Ma’waa. Setelah Jibrail a.s mendapat izin dari Allah SWT maka pergilah Jibrail a.s dengan mengembangkan sayapnya dan terbang, setiap dia mengembangkan dua sayapnya dia boleh menempuh jarak perjalanan 3000 tahun, terbanglah malaikat jibrail a.s selama 300 tahun sehingga ia merasa letih dan lemah dan akhirnya dia turun singgah berteduh di bawah bayangan sebuah pohon dan dia sujud kepada Allah SWT lalu ia berkata dalam sujud:

“Ya Tuhanku apakah sudah aku menempuh jarak perjalanan setengahnya, atau sepertiganya, atau seperempatnya? ”

Kemudian Allah swt berfirman yang bermaksud. “Wahai Jibrail, kalau kamu dapat terbang selama 3000 tahun dan meskipun aku memberikan kekuatan kepadamu seperti kekuatan yang engkau miliki, lalu kamu terbang seperti yang telah kamu lakukan, nescaya kamu tidak akan sampai kepada sepersepuluh dari beberapa perpuluhan yang telah kuberikan kepada umat Muhammad terhadap imbalan solat dua rakaat yang mereka kerjakan…. ..”

Marilah sama-sama kita fikirkan dan berusaha lakukan… Sesungguhnya Allah S.W.T telah menyembunyikan enam perkara iaitu :

  1. Allah S.W.T telah menyembunyikan redha-Nya dalam taat.

  2. Allah S.W.T telah menyembunyikan murka-Nya di dalam maksiat.

  3. Allah S.W.T telah menyembunyikan nama-Nya yang Maha Agung di dalam Al-Quran.

  4. Allah S.W.T telah menyembunyikan Lailatul Qadar di dalam bulan Ramadhan.

  5. Allah S.W.T telah menyembunyikan solat yang paling utama di dalam solat (yang lima waktu).

  6. Allah S.W.T telah menyembunyikan (tarikh terjadinya) hari kiamat di dalam semua hari.

KAUM ‘AAD DIMUSNAHKAN ALLAH


Allah SWT mengutus Nabi Hud a.s kepada kaum ‘Aad yang menghuni daerah al-Ahqaf di sekitar Hadhramaut, Yaman. ‘Aad, suatu kaum yang dianugerahkan kelebihan daripada segi kekuatan tubuh badan, keelokan paras rupa dan kekuasaan, namun mereka berbuat syirik dan melakukan kezaliman dan menjajah hamba-hamba Allah.

Makam Nabi Hud a.s di Hadhramaut, Yaman.

Kaum ‘Aad berkata: Siapakah yang lebih besar kekuatannya daripada kami. (al- Fussilat: 15). Seperti halnya Nabi Hud, kaum ‘Ad juga merupakan keturunan Nabi Nuh, namun mereka tidak mengakui keesaan Allah SWT meskipun Nabi Hud telah memperingatkan mereka.

Oelh kerana itu, Allah SWT membinasakan mereka melalui azab-Nya. Allah mengisahkan perdebatan antara Nabi Hud a.s dengan kaumnya menerusi firman-Nya yang bermaksud:

Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum ‘Ad saudara mereka , Hud. Ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada AIlah bagimu selain-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?” Ketua-ketua yang kafir dari kaumnya berkata: “Sesungguhnya kami benar-benar memandang kamu dalam keadaan kurang akal, dan sesungguhnya kami menganggap kamu termasuk orang-orang yang berdusta.

Hud berkata: “Hai kaumku, tidak ada padaku kekurangan akal sedikitpun, tetapi aku ini adalah utusan dari Rabb semesta alam.

Mereka berkata: “Apakah kamu datang kepada kami, agar kami hanya menyembah Allah saja dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh bapak-bapak kami, maka datanglah adzab yang kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar.”

Ia (Hud) berkata: “Sungguh sudah pasti kamu akan ditimpa azab dan kemarahan dari Rabbmu. Apakah kamu sekalian hendak berbantah dengan aku tentang nama-nama (berhala) yang kamu dan nenekmu menamakannya, padahal Allah sekali-kali tidak menurunkan hujah untuk itu. Maka tunggulah (azab itu), sesungguhnya aku juga termasuk orang yang menunggu bersama kamu”. (al-‘Araaf: 65-71)

Bahkan mereka meminta didatangkan azab Allah sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah SWT yang bermaksud: Mereka menjawab “Apakah kamu datang kepada kami untuk memalingkan kami dari (menyembah) ilah-ilah kami? Maka datangkanlah kepada kami azab yang telah kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar”.

Setelah itu Allah mendatangkan azab yang membentang di ufuk pada waktu mereka amat memerlukan hujan. Datanglah awan yang mereka anggap sebagai tanda datangnya nikmat hujan yang mereka nantikan, namun ternyata adalah azab Allah kepada mereka.

Adakah ini imej kaum ‘Aad yang telah dimusnakan oleh Allah satu ketika dulu?

Allah SWT berfirman yang bermaksud: Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka:

“Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami”. (Bukan)! Bahkan itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera, (iaitu) angin yang mengandung azab yang pedih, yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Rabbnya, maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa. (al-Ahqaf: 24-25)

Dalam ayat lain, iaitu dalam surat al-Haqqah ayat 6-8, Allah menjelaskan keadaan mereka, yang bermaksud:

Adapun kaum ‘Aad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang, yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus; maka kamu lihat kamu ‘Aad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tanggul-tanggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk). Maka kamu tidak melihat seorangpun yang tinggal di antara mereka.

Syaikh ‘Abdurrahman as-Sa’di mengatakan, setelah mereka menguasai dunia dan mencapai kemuliaan, semua keperluan hidup diperolehi, daerah dan kabilah di sekelilingnya tunduk kepada mereka, tiba-tiba Allah mengirim angin yang sangat dingin dan kencang saat hari-hari bencana tersebut agar mereka merasakan kehinaan di dunia dan azab akhirat lebih hina lagi.

Kaum Nabi Hud a.s dihancurkan Allah dengan angin yang sangat kencang dan cuaca teramat sejuk selama tujuh malam lapan hari, disebabkan kekufuran dan kemaksiatan mereka terhadap Allah dan Rasul-Nya.

IBN KHALDUN – BAPA SOSIO EKONOMI DAN POLITIK


Ibn Khaldun atau nama sebenarnya Wali al-Din Abd al-Rahman bin Muhammad bin Abu Bakar Muhammad bin al-Hasan lahir di Tunis pada 1 Ramadan 732H Keluarganya berasal daripada keturunan Arab Hadramaut yang pernah menetap di Serville, Italy, dan SepanyoL Akhirnya berpindah dan menetap di Afrika Utara semasa pemerintahan Hafs Abu Zakariyya, pemerintah Tunis pada waktu itu.

Seperti yang dinyatakan sebelum ini, Ibn Khaldun mendapat pendidikan dalam pelbagai ilmu Islam seperti al-Quran, al’Hadith, perundangan Islam, kesusasteraan, falsafah, bahasa, dan mantik. Antara gurunya ialah Muhammad Ibrahim al-Abili, Abu Abd Allah al-Jayyani, Abd Allah Muhammad bin Abd al-Salam.Ibn Khaldun menjadi cendekiawan yang agung sehingga disanjung oleh Barat kerana buah fikirannya, Walau bagaimana pun jarang umat Islam mengkajinya. Sebenarnya, sumbangan pemikiran Ibn Khaldun dalam ekonomi banyak dimuatkan dalam hasil karya agungnya, al Muqaddimah. Antara teori ekonomi yang terdapat dalam karyanya masih lagi relevan dengan masalah ekonomi semasa.

Ibn Khaldun telah membincangkan beberapa prinsip dan falsafah ekonomi seperti keadilan (al adl), hardworking, kerjasama (cooperation), kesederhanaan (moderation), dan fairness.Berhubung dengan keadilan (Justice), Ibn Khaldun telah menekankan bahawa keadilan merupakan tulang belakang dan asas kekuatan sesebuah ekonom. Apabila keadilan tidak dapat dilaksanakan, sesebuah negara akan hancur dan musnah.Menurut beliau, ketidakadilan tidak sahaja difahami sebagai merampas wang atau harta orang lain tanpa sebarang sebab yang diharuskan. Malah, mengambil harta orang lain atau menggunakan tenaganya secara paksa atau membuat dakwaan palsu terhadap orang lain. Begitu juga kalau meminta seseorang melakukan sesuatu yang berlawanan dengan Islam.

Beliau mengkategorikan perampas harta orang lain secara tidak sah hingga memberi kesan kepada kehidupan isteri dan keluarga sebagai paling tidak adil. Menurut beliau lagi, seseorang yang membeli harta seseorang dengan harga yang paling murah termasuk dalam kategori memiliki harta cara yang tidak betul. Ketidakadilan seumpama di atas membawa kepada kejatuhan sesebuah negara dan keruntuhan sesebuah tamadun dengan segera. Menurut Ibn Khaldun, atas sebab sebab tersebutlah semua bentuk ketidakadilan dilarang oleh Islam.

Manusia dan Ekonomi

Berdasarkan analisis mendalam, didapati kesemua teori ekonomi dan idea Ibn Khaldun tentang manusia berdasarkan kepada prinsip-prinsip dan falsafah Islam. Ibn Khaldun tidak melihat fungsi utama manusia dalam aktiviti perekonomiannya seumpama haiwan ekonomi (economic animal). Sebaliknya beliau menganggap manusia itu sebagai manusia Islam (Islamic man/homo Islamicus) yang memerlukan pengetahuan ekonomi untuk memenuhi misinya di atas muka bumi ini.Dalam hal ini, Ibn Khaldun menekankan perlunya manusia menjauhi perbuatan jahat. Sebaliknya manusia wajib mengikuti ajaran Islam sebagai model untuk memperbaiki dirinya dan mesti memberikan keutamaan kepada kehidupan akhirat.

Teori Pengeluaran

Ibn Khaldun mengemukakan teori bahawa kehidupan perekonomian sentiasa menghala ke arah pelaksanaan keseimbangan antara penawaran dengan permintaan. Menurut beliau pengeluaran berasaskan kepada faktor buruh dan kerjasama masyarakat. Bahkan beliau menganggap buruh merupakan faktor terpenting dalam proses pengeluaran walaupun faktor-faktor lain seperti tanah tersedia, tenaga buruh perlu untuk menghasilkan matlamat akhir.

Selain itu beliau berpendapat bahawa kenaikan yang tetap pada paras harga amat perlu untuk mengekalkan tahap produktiviti. Dalam hal ini beliau menyarankan agar masyarakat melakukan perancangan supaya setiap bidang pekerjaan dilakukan oleh orang yang mahir dan cekap.

Walau bagaimanapun, pertumbuhan ekonomi (economic growth) dan pembahagian tenaga buruh bergantung rapat dengan pasaran. Di sini dapatlah dinyatakan bahawa teori pembahagian tenaga buruh, pengkhususan tenaga buruh, dan pertukaran yang dikemukakan oleh Ibn Khaldun 100 tahun lebih awal daripada Adam Smith yang juga mengemukakan teori yang sama.

Teori Nilai, Wang dan Harga

Ibn Khaldun tidak secara jelas membezakan antara teori nilai diguna (use value) dengan nilai pertukaran (exchange value). Tetapi beliau dengan tegas berhujah bahawa nilai sesuatu barangan bergantung kepada nilai buruh yang terlibat dalam proses pengeluaran.”Semua usaha manusia dan semua tenaga buruh perlu digunakan untuk mendapatkan modal dan keuntungan. Tidak ada jalan lain bagi manusia untuk mendapatkan keuntungan melainkan melalui penggunaan buruh, kata Ibn Khaldun.

Manuskrip dari ibn Khaldun "al-Muqaddimah ', dengan tanda tangannya di sudut kiri atas.

Teori Pengagihan

Menurut Ibn Khaldun harga barangan terdiri daripada tiga elemen utama iaitu gaji atau upah, keuntungan, dan cukai. Ketiga-tiga elemen ini merupakan pulangan kepada masyarakat. Oleh sebab itu, beliau membahagikan ekonomi kepada tiga sektor iaitu sektor pengeluaran, pertukaran, dan perkhidmatan awam. Menurut Ibn Khaldun, nilai atau harga sesuatu barangan sama dengan kuantiti buruh yang terlibat dalam pengeluaran barangan berkenaan. Harga buruh merupakan asas kepada penentuan harga sesuatu barangan dan harga buruh itu sendiri ditentukan oleh mekanisme permintaan dan penawaran dalam pasaran. Manakala keuntungan terhasil daripada perbezaan yang diperoleh oleh peniaga antara harga jualan dengan harga belian. Namun begitu perbezaan antara kedua-dua harga itu.

Al-Muqaddimah

Ibn Khaldun paling masyhur dengan buku beliau Muqaddimah (Pendahuluan). Ia adalah masterpiece dalam kesusasteraan mengenai falsafah sejarah dan sosiologi. Tema utama dalam karya besar ini adalah untuk mengenali fakta-fakta psikologi, ekonomi, persekitaran dan sosial yang menyumbang kepada kemajuan tamadun manusia dan peristiwa-peristiwa semasa dalam sejarah. Beliau menganalisis daya gerak hubungan perkauman dan menunjukkan bagaimana rasa perkauman (syu’b al-‘asabiyyah) dapat menghasilkan kenaikan tamadun dan kuasa politik baru. Beliau mengenal pasti ulangan hampir berirama bagi kebangkitan dan kejatuhan dalam tamadun manusia, dan menganalisis faktor-faktor yang menyumbang kepadanya.

Pandangan-pandangan revolusi Ibn Khaldun telah menarik perhatian sarjana-sarjana Muslim dan juga ramai pemikir Barat. Dalam kajian sejarah beliau, Ibn Khaldun adalah peneroka dalam mensubjekkan laporan-laporan sejarah kepada dua kategori asas iaitu akal, dan undang-undang sosial dan fizikal. Beliau mengetengahkan empat perkara penting dalam kajian dan analisis laporan sejarah seperti berikut:

  1. mengaitkan peristiwa-peristiwa antara satu sama lain melalui sebab dan akibat
  2. membuat analogi antara masa lalu dan masa sekarang
  3. mengambil kira kesan persekitaran
  4. mengambil kira kesan keadaan yang diwarisi dan ekonomi

Ibn Khaldun menerokai kajian kritis terhadap sejarah. Beliau menyediakan kajian analisis mengenai tamadun manusia, permulaannya, faktor-faktor yang menyumbang kepada kemajuannya dan sebab-sebab kejatuhannya. Oleh itu, beliau telah mengasaskan satu sains baru: sains kemajuan sosial atau sosiologi, seperti mana yang kita panggil sekarang. Ibn Khaldun menulis: “Saya telah menulis sebuah buku mengenai sejarah yang dalamnya saya bincangkan sebab-sebab dan akibat-akibat kemajuan negara-negara dan tamadun-tamadun, dan saya mengikuti satu kaedah yang tidak lazim dalam menyusun material buku tersebut, dan saya mengikuti satu kaedah baru dan inovatif dalam menulisnya.” Dengan memilih kaedah analisis tertentu beliau itu, beliau telah mencipta dua sains baru: historiologi dan sosiologi serentak.

Ibn Khaldun berhujah bahawa sejarah tertakluk kepada undang-undang semesta dan menyatakan kriteria bagi fakta sejarah: “Peraturan bagi membezakan apa yang benar dan apa yang palsu dalam sejarah adalah berdasarkan kebolehjadian atau ketidak bolehjadiannya: iaitu saya katakan, kita mesti memeriksa masyarakat manusia dan membezakan antara sifat-sifat yang penting dan semulajadi dalam tabiinya dan apa yang secara kebetulan dan tidak perlu dilaporkan, mengenal pasti dengan lebih lanjut apa yang tidak mungkin dimilikinya. Jika kita melakukan ini, kita mempunyai satu peraturan untuk memisahkan fakta sejarah dari kesilapan dengan menggunakan kaedah-kaedah demonstratif yang tiada keraguan. Ia adalah kayu ukur sejati yang dengannya para sejarawan dapat mengesahkan apa sahaja yang mereka riwayatkan.”

AKAL DAN NAFSU


Oleh: Ustaz Hassan Adli B. Haji Othman

Yang pertama-tamanya marilah kita sama-sama bersyukur kepada Allah Ta’ala kerana kita semua dilahirkan dalam keadaan sudah dianugerahkan akal dan nafsu. Kedua-dua perkara tersebut amatlah penting bagi manusia. Kalau kurang satu je daripada kedua tu pun da susah dibuatnya kita. Cubalah bayangkan kita dilahirkan dalam keadaan tidak berakal, alamatnya jadi orang tiga suku la kita(orang gila la). Kalau tak ada nafsu pun sama la juga. Hidup pun cam zombi jek, apa yang dilihat semua tak membawa makna bagi diri kita.

Orang hulur kek ke, mee goreng ke, pizza ke, semua bagi dia cam tengok batang kayu je. Tak rasa apa-apa pun. Kalau ada nafsu tapi tak pandai kawal pun masalah juga. Semua yang dia rasa nak dia gomo je, yang penting kehendak nafsu dia tercapai. Tak fikir da halal haram makruh sunat ke apa semua, yang penting dapat. Ish2..ni la yang orang kata binatang bertopengkan manusia. Ye la, da kalau hidup ni nak puas nafsu je, kan sama je ngan binatang tu. Dorang kan hidup tak diamanahkan apa-apa,maka boleh la nak ikut suka je apa nak buat.

Dalam Qur’an kalimah akal diulang sebanyak 29 kali. Tapi bukanlah semua kalimah tersebut bunyinya akal juga, akal tu disebutkan dalam perkataan lain tapi para ulama’ menafsirkannya sebagai akal.(paham x nih? x faham kontek penulis) Antara ayat Qur’an yang menyentuh tentang akal ialah firman Allah yang mana ertinya:-

Padahal sesungguhnya telah ada satu puak dari mereka yang mendengar kalam Allah(taurat), kemudian mereka mengubah dan memutarkan maksudnya sesudah mereka memahaminya,sedangkan mereka mengetahui(bahawa perbuatan mereka itu salah)?” (Al-Baqarah:75)

Kalau kita bandingkan manusia dengan robot,atau manusia dengan binatang, sebenarnya tak adalah jauh berbeza sangat pun. Manusia ada kaki, robot pun ada kaki, binatang pun ada kaki. Manusia ada kepala, robot pun ada kepala juga, macam tu la juga binatang, lebih kurang je dorang semua tu(cam la penulis bukan manusia juga,hu2..)

Cuma yang membezakan antara mereka semua adalah akal yang dimiliki oleh manusia. Akal yang dimiliki oleh manusia tidak dimiliki oleh binatang, robot, kayu, batu dan sebagainya. Dek kerana akallah manusia dimuliakan,oleh kerana akal jugalah manusia diagungkan. Lihat, betapa besar pengaruh akal pada manusia. Tujuan utama akal dikurniakan pada manusia adalah untuk mengenal Allah S.W.T, mengenal rasul-rasulnya,mengenal kitab-kitabnya dan pelbagai lagi ilmu-ilmu islam yang perlu diketahui sebagai landasan pada manusia untuk terus kekal berada di jalan yang lurus yang akan membawanya pada kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Kita semua dilahirkan bukanlah sekadar memenuhi muka bumi Allah Ta’ala,juga bukanlah sekadar untuk bersuka-ria memenuhi nafsu syahwat dengan membuta-tuli, tapi kita dilahirkan membawa satu amanah yang perlu kita laksanakan. Satu amanah yang mana satu ketika nanti kita semua akan disoal kembali tentang amanah-amanah tersebut. Firman Allah Ta’ala yang mana maksudnya:-

Dan (ingatlah) aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk mereka menyembah dan beribadat kepada-Ku”. (Az-Zariyat:56)

Nafsu juga merupakan satu anugerah yang amat bernilai bagi manusia. Dengan nafsulah manusia dapat memahami apa yang dikatakan nikmat,apa yang dikatakan lazat dan apa-apa lagilah yang menbawa kepada rasa ‘best’. Dengan nafsu manusia dapat merasai lazatnya ayam bakar,dengan nafsu manusia dapat merasa manisnya teh tarik mamak, tapi dengan bantuan lidah la, kalau tak ada lidah tak dapat juga nak rasa apa-apa. Tapi kena ingat! Secara garis besarnya nafsu memang akan membawa kita pada kejahatan dan kemaksiatan. Firman Allah Ta’ala yang bermaksud:-

Sesungguhnya nafsu manusia itu sangat menyuruh melakukan kejahatan”. (Yusuf:53)

Adapun nafsu manusia itu mempunyai tiga tingkatan iaitu:-

  1. Nafsu Ammarah iaitu nafsu yang membawa pada keburukan
  2. Nafsu Lawwamah iaitu nafsu yang mencela
  3. Nafsu Mutma’innah iaitu nafu yang tenang lagi tenteram

Perbezaan antara nafsu dan akal itu amatlah besar. Nafsu sentiasa menginginkan kenikmatan tanpa mengira batasan syara’ manakala akal sentiasa membawa manusia pada perbuatan yang rasional, yang mengikut landasan syara’. Di situlah terletaknya fungsi akal. Sentiasa mengawasi nafsu agar sentiasa menuju ke arah kebaikan. Ibaratnya nafsu sebagai anak kecil yang buas dan akal sebagai ayah yang sentiasa menjaga anaknya dari apa-apa perkara yang membahayakan anaknya.

Sebagai kesimpulan, kita perlulah memastikan agar nafsu kita sentiasa menuruti akal. Kita perlu mendidik nafsu sehingga segala kehendak nafsu akan seiring dengan akal, seiring dengan landasan syara’. Moga-moga segala mujahadah yang kita lakukan mendapat ganjaran daripada Allah S.W.T.

Wallahu’alam..

KISAH EMPAT NABI YANG MASIH HIDUP


Empat Nabi yang masih hidup dan tetap diberi rezeki dari khazanah Allah SWT. Mereka adalah golongan yang dikhususkan oleh Allah SWT.

Dua Nabi Ada dibumi yaitu nabi Khidr dan Nabi Ilyas A.S.

Ditempatkan di bagian bumi yang khusus yang Allah yang maha tahu yang mengetahui tempat itu

Dua Nabi ada di langit yaitu nabi Isa dan nabi Idris A.S.

Ditempatkan di bagian langit yang khusus yang Allah yang maha tahu yang mengetahui tempat itu.

1. Nabi Khidhir A.S.

Ikhwah, aku terbaca dalam sebuah posting geng anak Pak Wahab yang menyatakan bahawa menurut jumhur ulama Nabi Khidhir itu sudah wafat dan hanya golongan minoriti sahaja yang berpendapat bahawa Nabi Khidhir masih hidup. Sedangkan kenyataannya adalah sebaliknya kerana jumhur ulama Ahlus Sunnah wal Jama`ah memfatwakan bahawa Nabi Khidhir a.s. masih hidup dan hanya golongan minoriti sahaja yang mengatakan baginda telah wafat. Aku nukilkan di sini tulisan Imam an-Nawawi dalam “Syarah Muslim” juzuk ke – 15, mukasurat 135 – 136 pada Bab min Fadhail al-Khidhir s.a.w., beliau menyatakan:-

JUMHUR ULAMA berpendapat bahawasanya dia (yakni Sayyidina Khidhir) hayyun maujudun baina adzharina (hidup dan wujud di kalangan kita, yakni di masa kita ini) dan pendapat ini telah disepakati oleh para shufi dan ahlush sholah wal ma’rifah (orang-orang ahli kebajikan dan ma’rifah). Cerita-cerita mereka mengenai melihat dan bertemu dengan baginda dan mengambil pengajaran serta bersoal-jawab dengan baginda, dan kehadiran baginda di tempat-tempat yang mulia dan tempat-tempat kebajikan adalah terlalu banyak daripada boleh dihitung dan terlalu masyhur daripada boleh ditutup. Dan telah berkata asy-Syaikh Abu ‘Umar bin ash-Sholah: “Dia (yakni Nabi Khidhir) hidup menurut jumhur ulama dan orang-orang sholeh dan orang awam adalah beserta mereka dalam pegangan ini”. Dia juga berkata: “Bahawasanya adalah satu pandangan yang ganjil daripada sesetengah muhadditsin pada mengingkari hal ini (yakni sebahagian ahli hadits mengingkari bahawa Nabi Khidhir masih hidup).

Jadi Imam an-Nawawi dengan jelas menyatakan bahawa JUMHUR ULAMA berpegang dengan pendapat bahawa Nabi Khidhir a.s. masih hidup dan belum mati lagi. Bagaimana rupa kehidupan baginda, Allah sahaja yang Maha Mengetahui dan Maha Berkuasa. Hidup atau matinya baginda sekarang bukanlah perkara besar dan tidak harus dijadikan perbalahan sesama umat. Nak percaya baginda masih hidup, tidak ada masalah kerana itulah pendapat jumhur ulama dan yang nak percaya bahawa baginda telah wafat pun tidak menjadi masalah kerana sesetengah ulama dan ahli hadits berpendapat sedemikian seperti Imam al-Bukhari. Dan aku nak pesan kat sini agar sesiapa yang percaya jangan pulak mudah sangat men’claim’ telah bertemu dengan Nabi Khidhir. Dalam bermu’amalah dengan manusia aku teringat kalam hikmah as-Sajjad Imam Ali Zainal ‘Abidin di mana dia berpesan : “Anggaplah setiap orang yang engkau temui itu Nabi Khidhir”. Sebenarnya hikmah kalam ini bertujuan untuk membaikkan budipekerti serta baik mu’amalah dan mujammalah sesama anak Adam. Allahu ‘alam.

2. Nabi Ilyas A.S.

Ketika sedang berehat datanglah malaikat kepada Nabi Ilyas A.S. Malaikat itu datang untuk menjemput ruhnya. Mendengar berita itu, Ilyas menjadi sedih dan menangis.
“Mengapa engkau bersedih?” tanya malaikat maut.
“Tidak tahulah.” Jawab Ilyas.
“Apakah engkau bersedih kerana akan meninggalkan dunia dan takut menghadapi maut?” tanya malaikat.
“Tidak. Tiada sesuatu yang aku sesali kecuali kerana aku menyesal tidak boleh lagi berzikir kepada Allah, sementara yang masih hidup boleh terus berxikir memuji Allah,” jawab Ilyas.

Saat itu Allah lantas menurunkan wahyu kepada malaikat agar menunda pencabutan nyawa itu dan memberi kesempatan kepada Nabi Ilyas berzikir sesuai dengan permintaannya. Nabi Ilyas ingin terus hdup semata-mata kerana ingin berzikir kepada Allah. Maka berzikirlah Nabi Ilyas sepanjang hidupnya.
“Biarlah dia hidup di taman untuk berbisik dan mengadu serta berzikir kepada-Ku sampai akhir nanti.” Kata Allah.

3. Nabi ‘Idris A.S.

Diriwayatkan Nabi Idris as. telah naik ke langit pada hari Isnin. Peristiwa naiknya Nabi Idris as. ke langit ini, telah dijelaskan oleh Allah SWT dalam Al-Quran.

Firman Allah SWT bermaksud:

“Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah, Idris yang tersebut di dalam Al-Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang Nabi. Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.” (Maryam: 56-57)

Nama Nabi Idris as. yang sebenarnya adalah ‘Akhnukh’. Sebab beliau dinamakan Idris, kerana beliau banyak membaca, mempelajari (tadarrus) kitab Allah SWT.

Setiap hari Nabi Idris menjahit qamis (baju kemeja), setiap kali beliau memasukkan jarum untuk menjahit pakaiannya, beliau mengucapkan tasbih. Jika pekerjaannya sudah selesai, kemudian pakaian itu diserahkannya kepada orang yang menempahnya dengan tanpa meminta upah. Walaupun demikian, Nabi Idris masih sanggup beribadah dengan amalan yang sukar untuk digambarkan. Sehingga Malaikat Maut sangat rindu berjumpa dengan beliau.

Kemudian Malaikat Maut bermohon kepada Allah SWT, agar diizinkan untuk pergi menemui Nabi Idris as. Setelah memberi salam, Malaikat pun duduk.

Nabi Idris as. mempunyai kebiasaan berpuasa sepanjang masa. Apabila waktu berbuka telah tiba, maka datanglah malaikat dari Syurga membawa makanan Nabi Idris, lalu beliau menikmati makanan tersebut.

Kemudian baginda beribadah sepanjang malam. Pada suatu malam Malaikat Maut datang menemuinya, sambil membawa makanan dari Syurga. Nabi Idris menikmati makanan itu. Kemudian Nabi Idris berkata kepada Malaikat Maut: “Wahai tuan, marilah kita nikmati makanan ini bersama-sama.” Tetapi Malaikat itu menolaknya.

Nabi Idris terus melanjutkan ibadahnya, sedangkan Malaikat Maut itu dengan setia menunggu sampai terbit matahari. Nabi Idris merasa hairan melihat sikap Malaikat itu. Kemudian beliau berkata: “Wahai tuan, mahukah tuan bersiar-siar bersama saya untuk melihat keindahan alam persekitaran? Malaikat Maut menjawab: Baiklah Wahai Nabi Allah Idris.”

Maka berjalanlah keduanya melihat alam persekitaran dengan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan hidup di situ. Akhirnya ketika mereka sampai pada suatu kebun, maka Malaikat Maut berkata kepada Nabi Idris as.:

“Wahai Idris, adakah tuan izinkan saya untuk mengambil ini untuk saya makan? Nabi Idris pun menjawab: Subhanallah, mengapa malam tadi tuan tidak mahu memakan makanan yang halal, sedangkan sekarang tuan mahu memakan yang haram?”

Kemudian Malaikat Maut dan Nabi Idris meneruskan perjalanan mereka. Tidak terasa oleh mereka bahawa mereka telah bersiar-siar selama empat hari. Selama mereka bersahabat, Nabi Idris menemui beberapa keanehan pada diri temannya itu. Segala tindak-tanduknya berbeza dengan sifat-sifat manusia biasa. Akhirnya Nabi Idris tidak dapat menahan hasrat ingin tahunya itu.

Kemudian beliau bertanya: “Wahai tuan, bolehkah saya tahu, siapakah tuan yang sebenarnya?

Saya adalah Malaikat Maut.”

“Tuankah yang bertugas mencabut semua nyawa makhluk?”

“Benar ya Idris.”

“Sedangkan tuan bersama saya selama empat hari, adakah tuan juga telah mencabut nyawa-nyawa makhluk?”

“Wahai Idris, selama empat hari ini banyak sekali nyawa yang telah saya cabut. Roh makhluk-makhluk itu bagaikan hidangan di hadapanku, aku ambil mereka bagaikan seseorang sedang menyuap-nyuap makanan.”

“Wahai Malaikat, apakah tujuan tuan datang, apakah untuk ziarah atau untuk mencabut nyawaku?”

“Saya datang untuk menziarahimu dan Allah SWT telah mengizinkan niatku itu.”

“Wahai Malaikat Maut, kabulkanlah satu permintaanku kepadamu, iaitu agar tuan mencabut nyawaku, kemudian tuan mohonkan kepada Allah agar Allah menghidupkan saya kembali, supaya aku dapat menyembah Allah Setelah aku merasakan dahsyatnya sakaratul maut itu.”

Malaikat Maut pun menjawab: “Sesungguhnya saya tidaklah mencabut nyawa seseorang pun, melainkan hanya dengan keizinan Allah.”

Lalu Allah SWT mewahyukan kepada Malaikat Maut, agar ia mencabut nyawa Idris as. Maka dicabutnyalah nyawa Idris saat itu juga. Maka Nabi Idris pun merasakan kematian ketika itu.

Di waktu Malaikat Maut melihat kematian Nabi Idris itu, maka menangislah ia. Dengan perasaan hiba dan sedih ia bermohon kepada Allah supaya Allah menghidupkan kembali sahabatnya itu. Allah mengabulkan permohonannya, dan Nabi Idris pun dihidupkan oleh Allah SWT kembali.

Kemudian Malaikat Maut memeluk Nabi Idris, dan ia bertanya: “Wahai saudaraku, bagaimanakah tuan merasakan kesakitan maut itu? “

“Bila seekor binatang dilapah kulitnya ketika ia masih hidup, maka sakitnya maut itu seribu kali lebih sakit daripadanya.

“Padahal-kelembutan yang saya lakukan terhadap tuan, ketika saya mencabut nyawa tuan itu, belum pernah saya lakukan terhadap sesiapa pun sebelum tuan.”

“Wahai Malaikat Maut, saya mempunyai permintaan lagi kepada tuan, iaitu saya sungguh-sungguh berhasrat melihat Neraka, supaya saya dapat beribadah kepada Allah SWT lebih banyak lagi, setelah saya menyaksikan dahsyatnya api neraka itu.”

“Wahai Idris as. saya tidak dapat pergi ke Neraka jika tanpa izin dari Allah SWT.”

Akhirnya Allah SWT mewahyukan kepada Malaikat Maut agar ia membawa Nabi Idris ke dalam Neraka. Maka pergilah mereka berdua ke Neraka. Di Neraka itu, Nabi Idris as. dapat melihat semua yang diciptakan Allah SWT untuk menyiksa musuh-musuh-Nya. Seperti rantai-rantai yang panas, ular yang berbisa, kala, api yang membara, timah yang mendidih, pokok-pokok yang penuh berduri, air panas yang mendidih dan lain-lain.

Setelah merasa puas melihat keadaan Neraka itu, maka mereka pun pulang. Kemudian Nabi Idris as. berkata kepada Malaikat Maut: “Wahai Malaikat Maut, saya mempunyai hajat yang lain, iaitu agar tuan dapat menolong saya membawa masuk ke dalam Syurga. Sehingga saya dapat melihat apa-apa yang telah disediakan oleh Allah bagi kekasih-kekasih-Nya. Setelah itu saya pun dapat meningkatkan lagi ibadah saya kepada Allah SWT. Saya tidak dapat membawa tuan masuk ke dalam Syurga, tanpa perintah dari Allah SWT.” Jawab Malaikat Maut.

Lalu Allah SWT pun memerintahkan kepada Malaikat Maut supaya ia membawa Nabi Idris masuk ke dalam Syurga.

Kemudian pergilah mereka berdua, sehingga mereka sampai di pintu Syurga dan mereka berhenti di pintu tersebut.

Dari situ Nabi Idris dapat melihat pemandangan di dalam Syurga. Nabi Idris dapat melihat segala macam kenikmatan yang disediakan oleh Allah SWT untuk para wali-waliNya. Berupa buah-buahan, pokok-pokok yang indah dan sungai-sungai yang mengalir dan lain-lain.

Kemudian Nabi Idris berkata: “Wahai saudaraku Malaikat Maut, saya telah merasakan pahitnya maut dan saya telah melihat dahsyatnya api Neraka. Maka mahukah tuan memohonkan kepada Allah untukku, agar Allah mengizinkan aku memasuki Syurga untuk dapat meminum airnya, untuk menghilangkan kesakitan mati dan dahsyatnya api Neraka?”

Maka Malaikat Maut pun bermohon kepada Allah. Kemudian Allah memberi izin kepadanya untuk memasuki Syurga dan kemudian harus keluar lagi. Nabi Idris pun masuk ke dalam Syurga, beliau meletakkan kasutnya di bawah salah satu pohon Syurga, lalu ia keluar kembali dari Syurga. Setelah beliau berada di luar, Nabi Idris berkata kepada Malaikat Maut:
“Wahai Malaikat Maut, aku telah meninggalkan kasutku di dalam Syurga.

Malaikat Maut pun berkata: Masuklah ke dalam Syurga, dan ambil kasut tuan.”

Maka masuklah Nabi Idris, namun beliau tidak keluar lagi, sehingga Malaikat Maut memanggilnya: “Ya Idris, keluarlah!. Tidak, wahai Malaikat Maut, kerana Allah SWT telah berfirman bermaksud: “Setiap yang berjiwa akan merasakan mati.” (Ali-Imran: 185)

Sedangkan saya telah merasakan kematian. Dan Allah berfirman yang bermaksud: “Dan tidak ada seorang pun daripadamu, melainkan mendatangi Neraka itu.” (Maryam: 71)

Dan saya pun telah mendatangi Neraka itu. Dan firman Allah lagi yang bermaksud: “… Dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya (Syurga).” (Al-Hijr: 48)

Maka Allah menurunkan wahyu kepada Malaikat Maut itu: “Biarkanlah dia, kerana Aku telah menetapkan di azali, bahawa ia akan bertempat tinggal di Syurga.”

Allah menceritakan tentang kisah Nabi Idris ini kepada Rasulullah SAW dengan firman-Nya bermaksud: “Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris yang tersebut di dalam Al-Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang Nabi. Dan kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.” (Maryam: 56-57)

4.  Nabi ‘Isa A.S.

Seorang lagi Nabi Allah yang diceritakan dari kecil di dalam al-Qur’an ialah Isa. Baginda diutus kepada kaum Bani Israil dengan kitab Injil yang diturunkan sebelum al-Qur’an.

Di dalam al-Qur’an, Nabi Isa disebut dengan empat panggilan iaitu Isa, Isa putera Mariam, putera Mariam, dan al-Masih.

Ibunya seorang yang sangat dimuliakan Allah. Dia memilihnya di atas semua perempuan di semua alam. Firman-Nya, “Dan ketika malaikat-malaikat berkata, ‘Wahai Mariam, Allah memilih kamu, dan membersihkan kamu, dan Dia memilih kamu di atas semua perempuan di semua alam'” (3:42).

Mariam, ibu Nabi Isa, telah menempuh satu ujian yang amat berat daripada Allah. Dia dipilih untuk melahirkan seorang Nabi dengan tanpa disentuh oleh seseorang lelaki. Dia adalah seorang perempuan yang suci.

Kelahiran

Kelahiran Nabi Isa merupakan suatu mukjizat kerana dilahirkan tanpa bapa. Kisahnya diceritakan di dalam al-Qur’an. Di sini, ceritanya bermula dari kunjungan malaikat kepada Mariam atas perintah Allah. Ketika itu, malaikat menyerupai manusia dengan tanpa cacat. Kemunculan malaikat membuat Mariam menjadi takut lalu berkata,

“Aku berlindung pada Yang Pemurah daripada kamu, jika kamu bertakwa (takut kepada Tuhan)!’

Dia (malaikat) berkata, ‘Aku hanyalah seorang rasul yang datang daripada Pemelihara kamu, untuk memberi kamu seorang anak lelaki yang suci.'” (19:18-19)

Pada ayat yang lain, diceritakan bahawa malaikat yang datang itu telah memberi nama kepada putera yang bakal dilahirkan. Nama itu diberi oleh Allah, dan dia (Isa) akan menjadi terhormat di dunia dan akhirat sambil berkedudukan dekat dengan Tuhan. Ayatnya berbunyi:

“Wahai Mariam, Allah menyampaikan kepada kamu berita gembira dengan satu Kata daripada-Nya, yang namanya al-Masih, Isa putera Mariam, terhormat di dunia dan di akhirat, daripada orang-orang yang didekatkan.” (3:45)

Kemudian Mariam bertanya,

“Bagaimanakah aku akan ada seorang anak lelaki sedang tiada seorang manusia pun menyentuhku, dan bukan juga aku seorang jalang?” (19:20)

Malaikat menjawab,

“Dia (Allah) berkata, ‘Begitulah; Pemelihara kamu telah berkata, ‘Itu mudah bagi-Ku; dan supaya Kami membuat dia satu ayat (tanda) bagi manusia, dan satu pengasihan daripada Kami; ia adalah perkara yang telah ditentukan'” (19:21).

Maka lahirlah Isa putera Mariam lebih enam ratus tahun sebelum Nabi Muhammad dilahirkan. Allah membuat Nabi Isa dan ibunya satu ayat (tanda) bagi manusia, iaitu tanda untuk menunjukkan kebesaran-Nya (23:50).

Kerasulan dan Kenabian

Isa adalah seorang Nabi dan juga seorang Rasul. Baginda dan beberapa orang rasul telah dilebihkan Allah daripada rasul-rasul lain. Ada yang Dia berkata-kata kepadanya, ada yang Dia menaikkan darjat, dan bagi Isa, Dia memberi bukti-bukti yang jelas serta mengukuhkannya dengan Roh Suci. Firman-Nya:

“Dan rasul-rasul itu, sebahagian Kami melebihkan di atas sebahagian yang lain. Sebahagian ada yang kepadanya Allah berkata-kata, dan sebahagian Dia menaikkan darjat. Dan Kami memberikan Isa putera Mariam bukti-bukti yang jelas, dan Kami mengukuhkan dia dengan Roh Qudus (Suci).” (2:253)

Namun begitu, manusia dilarang oleh Allah untuk membeza-bezakan antara para rasul dan Nabi. Larangan itu berbunyi,

“Katakanlah, ‘Kami percaya kepada Allah, dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, dan Ismail, dan Ishak, dan Yaakub, dan puak-puak, dan apa yang diberi kepada Musa, dan Isa, dan apa yang diberi kepada Nabi-Nabi daripada Pemelihara mereka. Kami tidak membeza-bezakan seorang pun antara mereka, dan kepada-Nya kami muslim.'” (2:136)

Akibat membeza-bezakan Nabi atau Rasul dapat dilihat pada hari ini, iaitu Nabi Isa dipercayai oleh sesetengah pihak sebagai Tuhan atau anak Tuhan, dan Nabi Muhammad, dianggap macam Tuhan, yang berhak membuat hukum agama.

Ajaran

Oleh kerana Isa seorang Nabi baginda diberi sebuah Kitab, Injil, yang mengandungi petunjuk dan cahaya untuk menjadi pegangan Bani Israil. Selain menyuruh Bani Israil menyembah Allah dengan mentaati Injil, baginda mengesahkan kitab Taurat yang diturunkan sebelumnya. Dua firman Allah menjelaskannya di sini, berbunyi:

“Dan Kami mengutus, menyusuli jejak-jejak mereka, Isa putera Mariam, dengan mengesahkan Taurat yang sebelumnya; dan Kami memberinya Injil, di dalamnya petunjuk dan cahaya,” (5:46) dan,

“Aku (Isa) hanya mengatakan kepada mereka apa yang Engkau memerintahkan aku dengannya: ‘Sembahlah Allah, Pemelihara aku dan Pemelihara kamu.'” (5:117)

Turut disebut di dalam Injil (dan Taurat) ialah berita mengenai kedatangan seorang Nabi berbangsa Arab, atau ummiy (7:157), dan janji dikurniakan Taman atau Syurga bagi orang-orang yang berperang di jalan Allah (9:111). Janji itu juga didapati di dalam Taurat dan al-Qur’an.

Ketika baginda diutus, manusia sedang berselisih dalam hal agama. Maka kedatangannya adalah juga untuk memperjelaskan apa yang diperselisihkan. Firman Allah:

“dia (Isa) berkata, ‘Aku datang kepada kamu dengan kebijaksanaan, dan supaya aku memperjelaskan kepada kamu sebahagian apa yang dalamnya kamu memperselisihkan; maka kamu takutilah Allah, dan taatlah kepadaku.'” (43:63)

Baginda juga memberitahu tentang kedatangan seorang rasul selepas baginda, yang namanya akan dipuji. Ayat yang mengisahkannya berbunyi:

“Wahai Bani Israil, sesungguhnya aku (Isa) rasul Allah kepada kamu, mengesahkan Taurat yang sebelum aku, dan memberi berita gembira dengan seorang rasul yang akan datang selepas aku, namanya ahmad (dipuji).” (61:6)

Pengikut setia

Seperti Nabi atau Rasul yang lain, baginda mempunyai pengikut-pengikut yang setia dan juga yang tidak setia atau yang menentang. Pengikut-pengikutnya yang setia percaya kepada Allah dan kepadanya. Mereka adalah muslim. Firman Allah:

“Dan ketika Aku mewahyukan pengikut-pengikut yang setia, ‘Percayalah kepada-Ku, dan rasul-Ku’; mereka berkata, ‘Kami percaya, dan saksilah Engkau akan kemusliman kami.'” (5:111)

Pengikut-pengikut yang setia pula menjadi penolong-penolong, bukan baginya tetapi bagi Allah. Firman-Nya:

“Berkatalah pengikut-pengikutnya yang setia, ‘Kami akan menjadi penolong-penolong Allah; kami percaya kepada Allah, dan saksilah kamu akan kemusliman kami.'” (3:52)

Begitu juga bagi pengikut-pengikut setia Nabi-Nabi lain, termasuk Muhammad. Semuanya menjadi penolong-penolong Allah, untuk melaksana dan menyampaikan mesej-Nya. Firman Allah:

“Wahai orang-orang yang percaya, jadilah kamu penolong-penolong Allah, sebagaimana Isa putera Mariam berkata kepada pengikut-pengikut yang setia, ‘Siapakah yang akan menjadi penolong-penolong aku bagi Allah?’ Pengikut-pengikut yang setia berkata, ‘Kami akan menjadi penolong-penolong Allah.'” (61:14)

Walau bagaimana pun, pengikut-pengikut Nabi Isa yang setia memerlukan bukti selanjut untuk megesahkan kebenarannya dan supaya hati mereka menjadi tenteram. Untuk itu mereka memohon sebuah meja hidangan dari langit. Kisahnya berbunyi begini:

“Dan apabila pengikut-pengikut yang setia berkata, ‘Wahai Isa putera Mariam, bolehkah Pemelihara kamu menurunkan kepada kami sebuah meja hidangan dari langit?’

Dia (Isa) berkata, ‘Kamu takutilah Allah, jika kamu orang-orang mukmin.’

Mereka berkata, ‘Kami menghendaki untuk memakan daripadanya, dan hati kami menjadi tenteram, supaya kami mengetahui bahawa kamu berkata benar kepada kami, dan supaya kami adalah antara para saksinya.'” (5:112-113)

Justeru itu, baginda memohon kepada Allah,

“Ya Allah, Pemelihara kami, turunkanlah kepada kami sebuah meja hidangan dari langit, yang akan menjadi bagi kami satu perayaan, yang pertama dan yang akhir bagi kami, dan satu ayat (tanda) daripada Engkau. Dan berilah rezeki untuk kami; Engkau yang terbaik daripada pemberi-pemberi rezeki.” (5:114)

Allah mengabulkan permintaannya. Lantas, meja hidangan yang turun menjadi satu lagi mukjizat bagi Nabi Isa. Dan ia juga menjadi nama sebuah surah di dalam al-Qur’an, iaitu surah kelima, al-Maidah.

Mukjizat

Selain daripada kelahiran yang luar biasa dan meja hidangan, Nabi Isa telah dikurniakan dengan beberapa mukjizat lain. Ayat berikut menjelaskannya:

“Ketika Allah berkata, ‘Wahai Isa putera Mariam, ingatlah akan rahmat-Ku ke atas kamu, dan ke atas ibu kamu, apabila Aku mengukuhkan kamu dengan Roh Qudus (Suci), untuk berkata-kata kepada manusia di dalam buaian dan setelah dewasa ….. dan apabila kamu mencipta daripada tanah liat, dengan izin-Ku, yang seperti bentuk burung, dan kamu menghembuskan ke dalamnya, lalu jadilah ia seekor burung, dengan izin-Ku, dan kamu menyembuhkan orang buta, dan orang sakit kusta, dengan izin-Ku, dan kamu mengeluarkan orang yang mati, dengan izin-Ku’ ….. lalu orang-orang yang tidak percaya antara mereka berkata, ‘Tiadalah ini, melainkan sihir yang nyata.'” (5:110)

Walaupun Nabi Muhammad hanya diberi satu mukjizat, manusia ditegah daripada berkata bahawa Nabi Isa adalah lebih mulia daripada Nabi Muhammad. Kerana, seperti yang sudah maklum, amalan membeza-beza para Nabi dan Rasul dilarang Allah.

Diangkat Ke langit

“Apabila Allah berkata, ‘Wahai Isa, Aku akan mematikan kamu, dan menaikkan kamu kepada-Ku, dan Aku membersihkan kamu daripada orang-orang yang tidak percaya …..'” (3:55)

“Dan aku (Isa) seorang saksi ke atas mereka selama aku di kalangan mereka; tetapi setelah Engkau mematikan aku, Engkau Sendiri adalah penjaga ke atas mereka; Engkau saksi atas segala sesuatu.” (5:117)

Akan tetapi, sebahagian daripada kaum Bani Israil mengatakan bahawa mereka telah membunuhnya disalib. Allah mengatakan yang sebaliknya pula. Apa yang berlaku hanya satu kesamaan sahaja. Firman-Nya:

“ucapan mereka, ‘Kami telah membunuh al-Masih, Isa putera Mariam, rasul Allah.’ Tetapi mereka tidak membunuhnya, dan tidak juga menyalibnya, tetapi hanya satu kesamaan yang ditunjukkan kepada mereka. Orang-orang yang berselisih mengenainya benar-benar dalam keraguan terhadapnya; mereka tidak ada pengetahuan mengenainya, kecuali mengikuti sangkaan; mereka tidak membunuhnya, yakinlah.” (4:157)

Di akhir zaman nabi ‘isa akan turun kembali ke bumi, bukan sebagai nabi tapi sebagai umat Nabi Muhammad SAW. (mengikut syariat Nabi Muhammad SAW). akan berdakwah mengajak orang2 kristian untuk Islam, menghancurkan sali-salib, membunuh dajjal.